Kerajaan Khmer (802-1596 M)

Kerajaan Khmer atau Kekaisaran Khmer, merupakan kerajaan bangsa Khmer yang berdiri pada kurun waktu 802-1432 M. 
Kerajaan Khmer merupakan kerajaan agrikultural terbesar di Asia Tenggara, yang berpusat di wilayah Kamboja sekarang ini. 
Peninggalan dari kerajaan ini adalah, Angkor wat, Candi Sambor Prei Kuk, Candi Preah Vihear, Candi Preah Khan, Candi Koh Ker, Candi Kbal Spean, Candi Beng Maelea, Komplek Candi Banteay Chmar.
Kerajaan ini, memisahkan diri dari Kerajaan Chenla (550–802 M), pada beberapa waktu tertentu pernah memerintah atau menguasai daerah-daerah yang sekarang ini termasuk wilayah Laos, Thailand dan Vietnam.
Jayawarman II (802-850 M) yang mendirikan kerajaan ini, adalah seorang pangeran yang pernah tinggal di keraton Wangsa Syailendra di Jawa Tengah. Keberadaannya di sana sebagai tawanan atau menuntut ilmu (atau keduanya) belumlah dapat dipastikan, akan tetapi pada tahun 802 Masehi, ia kembali ke Kamboja dan menyatakan dirinya sebagai Dewa-Raja Jayavarman II yang kerajaannya independen dari kekuasaan Wangsa Syailendra di Jawa.
Selama masa pembentukannya, Kerajaan Khmer memiliki hubungan kebudayaan, politik dan perdagangan yang intensif dengan Jawa, dan kemudian dengan Kerajaan Sriwijaya yang terdapat di sebelah selatan batas wilayah Khmer. Peninggalan terbesarnya adalah Angkor, yang merupakan ibukota ketika kerajaan mencapai puncak kekuasaannya. 
Angkor memperlihatkan betapa besar kekuatan dan kekayaan Kerajaan Khmer, serta memperlihatkan pula adanya beragam kepercayaan yang memperoleh dukungan kerajaan. 
Agama-agama resmi kerajaan adalah Hindu dan Buddha Mahayana, yang bertahan sampai ketika Buddha Theravada menggantikannya setelah diperkenalkan dari Sri Lanka pada abad ke-13 M.
Pada tahun 1431 M atau 1432 M, Kerajaan Ayutthaya menyerang Kerajaan Khmer dan berhasil mengalahkannya serta menaklukkan Angkor. Keluarga kerajaan Khmer kemudian pindah ke Phnom Penh. Raja Barom Reachea III (1566-1576 M) sempat secara sementara mengalahkan bangsa Thai, di mana sebagian keluarga kerajaan kembali ke Angkor. 
Perseteruan kekuasaan antara Angkor dan Phnom Penh, serta kemunduran perekonomian pada akhirnya meruntuhkan Kerajaan Khmer.
Pada periode Satha I (juga dieja Sattha ; Khmer: ស ត្ថា ទី ១; 1539–1596 M), Orang Siam telah mendapatkan kembali ibukotanya dari Kerajaan Burma, dan mulai membalas dendam pada Kerajaan Khmer. Pada 1594 Masehi, ibu kota Khmer, Lovek dikepung. Ruiz dan Veloso dikirim ke Manila untuk meminta bantuan. Sebelum mereka kembali, ibu kota telah dijarah oleh orang Siam. Satha terpaksa melarikan diri dan berlindung di Lan Xang, Dan kemudian meninggal di Vientiane.
Phnom Penh sebagai pewaris Kerajaan Khmer, pada abad ke-17 tumbuh menjadi salah satu pusat perdagangan dan politik di delta sungai Mekong.



---------------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:

Komentar