Perahu Lancaran ; Perahu Nusantara

Lancaran adalah jenis kapal yang digunakan di Nusantara. Meskipun dalam bentuknya mirip dengan galai Mediterania, lancaran adalah tulang punggung armada regional sebelum pengaruh Mediterania datang.
Lancaran adalah kapal yang cepat, yang digerakkan dengan dayung dan layar dengan dua kemudi di sisi buritan. Lancaran lebih tinggi dari galai tapi sama panjangnya.
Kapal ini memiliki satu, dua, atau tiga tiang dengan layar jung atau layar tanja (layar persegi yang miring). Lancaran dapat membawa 150-200 kru. Lancaran dapat dilengkapi dengan beberapa lela (meriam sedang setara dengan falconet) dan meriam putar dari jenis cetbang dan rentaka. 
Fitur yang membedakan dari galai adalah adanya panggung tempur yang disebut balai, di mana prajurit laut Asia Tenggara biasanya berdiri dan melakukan tindakan boarding (melompat ke kapal musuh).
Lancaran niaga mempunyai daya angkut 150 ton. 
Lancaran Sunda memiliki tiang layar yang unik berbentuk seperti derek, dengan tangga disetiapnya agar mudah dinaiki.
Lancaran digunakan sebagai kapal perang dan kapal niaga. 
Pada abad ke 14-15 masehi, kerajaan Singapura dan Sungai Raya masing-masing memiliki 100 buah lancaran bertiang tiga.
Pada serangan Kesultanan Demak ke portugis di Malaka pada tahun 1513 Masehi, lancaran digunakan sebagai angkutan pasukan bersenjata untuk mendarat ke pantai bersama penjajap dan kelulus, karena jung Jawa terlalu besar untuk mendekati pantai.
Lancaran adalah jenis kapal lain yang dihitungnya setiap sampai pada suatu pelabuhan setelah kapal jung dan penjajap.
Lancaran kerajaan dari Lingga dikatakan membawa 200 orang dan seukuran galias besar (yaitu lebih besar dari galai biasa). Lancaran biasa dari Pasai dikatakan membawa 150 orang, dan berada di bawah komando kapten Jawa. Yang besar dengan 300 kru dikatakan merupakan kapal milik Jawa. 
Pada tahun 1520-an Masehi ada lancaran-lancaran kecil dari Bintan dan Pahang, dengan kru 50-60 orang, dipersenjatai 1 buah berço (meriam putar isian belakang, mungkin merujuk ke cetbang), tetapi memiliki panah, tombak dan galah kayu. 
Nicolau Pereira saat penyerbuan Malaka oleh Aceh tahun 1568 Masehi mengatakan bahwa di Aceh kapal yang ada merupakan lancaran. Ia memiliki dua baris pendayung dan sama panjang dengan galai.
Sebuah karya anonim yang menggambarkan pengepungan tahun 1568 menunjukkan sebuah kapal dengan kemudi samping ganda dan 3 tiang, bersesuaian dengan "lancaran bertiang tiga" yang disebut dalam teks-teks Melayu.


------------------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber: 

Komentar