Pasukan Kasultanan Jogjakarta(1755–sekarang)

Pasukan Kasultanan Yogyakarta terbentuk dari perpecahan Kesultanan Mataram,  ketika dua pangeran memperebutkan pengaruh Belanda. 
Sultan pertama Yogyakarta yaitu Hamengkubuwono I, sekitar pertengahan abad ke-18 membentuk pasukan yang hingga saat ini masih tetap ada, yaitu terdiri dari 15 Bregada atau unit Abdi Dalem
Pimpinan tertinggi dari keseluruhan bregada prajurit keraton adalah seorang Manggalayudha atau Kommandhan/Kumendham. Sebutan lengkapnya adalah Kommandhan Wadana Hageng Prajurit. Manggalayudha bertugas mengawasi dan bertanggung jawab penuh atas keseluruhan pasukan. Ia dibantu oleh seorang Pandhega (Kapten Parentah), dengan sebutan lengkapnya Bupati Enem Wadana Prajurit, yang bertugas menyiapkan pasukan.
Setiap pasukan atau bregada dipimpin oleh perwira berpangkat Kapten. Kecuali bregada Bugis dan Surakarsa yang dipimpin oleh seorang Wedana.
Pandhega didampingi oleh perwira yang disebut Panji (Lurah). Perwira ini bertugas mengatur dan memerintah keseluruhan prajurit dalam bregada. Setiap Panji didampingi oleh seorang Wakil Panji. Sementara itu, regu-regu dalam setiap bregada dipimpin oleh seorang bintara berpangkat sersan.
Keseluruhan perwira dalam semua bregada dipimpin oleh seorang Pandhega, kecuali Bregada Wirabraja dan Bregada Mantrijero yang langsung di bawah Kommandhan.
Prajurit Keraton Yogyakarta dapat dibagi ke dalam tiga kelompok. Prajurit yang dimiliki Kepatihan, yaitu Bregada Bugis. Prajurit yang dimiliki Kadipaten Anom (putera mahkota), yaitu Bregada Surakarsa. Dan sisanya dimiliki oleh keraton.
Pada awal pembentukannya oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I (ketika itu masih bernama Pangeran Mangkubumi), satuan-satuan Prajurit ini sangatlah kuat. 
Tercatat Bregada pernah mengalahkah Pasukan Kompeni Belanda (VOC) pada masa pengasingan Sri Sultan Hamengkubuwana I sebelum diadakannya Perjanjian Giyanti tahun 1755 Masehi. 
Pada pertempuran-pertempuran, prajurit dari bregada tersebut bahkan berhasil membunuh perwira-perwira Belanda seperti Letnan Coen yang tewas dalam Perang Gowang, Letnan Van Gier tewas pada Perang Grobogan, Letnan Foster tewas dalam Perang Gunung Tidar dan Mayor Clereq dan Kapten Winter yang tewas dalam Perang Jenar/Bogowonto bersama 3.801 Prajurit Kompeni Belanda(VOC) lainnya. Bahkan ada sebuah pusaka Kraton Yogyakarta berupa Tombak yang bernama Kangjeng Kyai Klerk sebagai bentuk pemuliaan ketika tombak tersebut digunakan untuk membunuh Mayor Clereq pada Perang Jenar/Bogowonto oleh salah seorang Abdi Dalem Prajurit Mantrijero.
Untuk saat ini, Bregada Kraton Yogyakarta tidaklah kuat dan tidak pula memiliki fungsi dan tugas untuk bertempur. 
Seluruh kesatuan Bregada yang ada, diperuntukkan untuk mengawal dalam upacara-upacara adat Kraton Yogyakarta seperti pada saat Upacara Gunungan atau lebih dikenal dengan Gerebeg yang diadakan tiga kali dalam setahun, yaitu Grebeg Sekaten, Grebeg Maulud, dan Grebeg Syawal. 
Berikut sekilas tentang 15 satuan Prajurit didalam Bregada Kraton Yogyakarta:
1. Bregada Wirabraja.
Bendera: Gula Kelapa
Kostum: Sebuah mantel merah dan celana panjang, kaus kaki putih dan sepatu vantoffel hitam. Mereka juga memiliki bungkus satin merah. Topi tersebut disebut Lombokan atau cabai merah.
Pusaka: Kanjeng Kyai Santri dan Kanjeng Kyai Slamet.
Instrumen: Drum dan seruling. Melodinya disebut dayungan (untuk marching cepat) dan Retadadeli (untuk marching lambat dan normal).
Senjata: Senjata Api dan tombak.
Catatan: Bregada Wirabraja selalu menjadi yang pertama, karena peran mereka sebagai garis depan untuk berperang. 
Ada empat panji, delapan sersan, 72 prajurit dan dua pembawa standar. Biasanya nama-nama tentara dari unit ini dimulai dengan Braja(dibaca: Brojo).
2. Bregada Dhaeng
Bendera: Bahning Sari
Kostum: Putih kemeja dan celana dengan garis horisontal merah di perut. Topi Mancungan berwarna hitam dengan bulu ayam merah dan putih.
Pusaka: Kanjeng Kyai Jatimulya.
Instrumen: Drum, seruling, gong kecil, drum tom-tom, pui-pui dan kecer. Melodinya disebut Ondal-andil (untuk marching cepat) dan Kenobo (untuk marching lambat dan normal).
Senjata: Senjata Api dan tombak.
Catatan: Bregada ini secara tradisional berasal dari Gowa di Sulawesi dan nama semua prajurit mengandung Niti. 
Ada empat panji, delapan sersan, 72 prajurit dan satu pembawa standar. Pada awal 1800-an unit ini berjumlah sekitar 100 orang.
3. Bregada Patangpuluh
Bendera: Cakragara.
Kostum: Sebuah mantel merah dan celana tanggung merah di atas celana putih, sepatu hitam dan topi merah dan hitam.
Pusaka: Kanjeng Kyai Trisula.
Instrumen: Drum, flut dan terompet. Melodinya disebut Bulu-bulu (untuk marching cepat) dan Gendara (untuk marching lambat dan normal).
Senjata: Senjata Api dan tombak.
Catatan: Secara historis unit ini diketahui merupakan yang paling berani dan paling pantang menyerah. 
Semua tentara ini memiliki nama yang disertai dengan Himo. 
Ada empat panji, delapan sersan, 72 prajurit dan satu pembawa standar. Mereka datang dari sebelah barat kraton.
4. Bregada Jagakarya
Bendera: Papasan.
Kostum: Sebuah mantel kuning keemasan. Stoking berwarna biru gelap dengan sepatu hitam. Topi berupa jenis bersayap hitam.
Pusaka: Kanjeng Kyai Trisula.
Instrumen: Drum, flut, terompet. Melodinya disebut Tameng Madura (untuk marching cepat) dan Slagunder (untuk marching lambat dan normal).
Senjata: Senjata Api, tombak dan keris.
Catatan: Semua tentara di brigada ini disertai nama Parto. 
Ada empat panji, delapan sersan, 72 prajurit dan satu pembawa standar. Mereka datang dari sebelah selatan Kraton.
5. Bregada Prawiratama
Bendera: Geniroga.
Kostum: Hitam jas dan celana panjang putih. Celana tanggung luar berwarna merah dan memakai sepatu bot hitam. Bentuk topi mereka menyerupai karang.
Pusaka: Kanjeng Kyai Trisula.
Instrumen: Drum, flut dan terompet. Melodinya disebut Pandeburg (untuk marching cepat) dan Mars Balang (untuk marching lambat dan normal).
Catatan: Secara historis unit ini memiliki 1000 anggota dari mantan Kesultanan Mataram yang membantuk Pangeran Mangkubumi melawan Belanda (VOC) namun sekarang ada empat panji, empat sersan, 72 prajurit. 
Semua tentara di unit ini disertai nama Prawiro. Mereka datang dari daerah selatan Kraton.
6. Bregada Nyutra
Bendera: Padma Sri Kresna dan Podang Ngisep Sari.
Kostum: Hitam mantel dan celana panjang dengan kain biru dan putih gelap. Ada dua jenis topi, sebuah kuluk hitam dan udeng silinder.
Pusaka: Kanjeng Kyai Trisula.
Instrumen: Drum, flut dan terompet. Melodinya disebut Sureng Prang (untuk marching cepat) dan Tam-tama balik (untuk march lambat atau normal).
Senjata: Senjata Api, tombak dan keris.
Catatan: Ada delapan panji, delapan sersan, 46 prajurit dan dua pemikul. Mereka digunakan sebagai pendamping untuk upacara penobatan dan tidak memiliki peran perang yang sebenarnya. Mereka secara tradisional merupakan penari juga. Mereka datang dari sebelah timur Kraton. Nama-nama mereka biasanya diambil dari drama wayang.
7. Bregada Ketanggung
Bendera: Cakraswandana.
Kostum: Sebuah kain ketanggung lurik khas dan celana tanggung hitam di atas celana panjang putih dengan sepatu hitam. Topi mereka disebut Mancungan.
Pusaka: Kanjeng Kyai Nanggolo.
Instrumen: Drum, flut, terompet dan sedikit gong. Melodi yang Bergola milir (untuk marching lambat atau normal) atau Lintik Emas (marching cepat) dan Harjuno Mangsah atau Bima Kurda.
Senjata: Senjata Api dengan bayonet dan tombak.
Catatan: Ada empat panji, delapan sersan, 72 prajurit dan satu pemikul. Nama tentara pada unit ini berakhiran dengan Joyo.
Mereka juga menjabat sebagai jaksa di Kraton dan sering bertindak sebagai penjaga ketika sultan bepergian di luar Kraton. 
8. Bregada Mantrijero
Bendera: Purnamasidi.
Kostum: mantel dan gaya celana panjang tradisional diatas stoking putih dengan sepatu vantoffel hitam dan topi berwarna hitam.
Pusaka: Kanjeng Kyai Cakra.
Instrumen: Drum, flut dan terompet. Melodinya disebut Plangkeman (untuk march cepat) dan Slagunder (untuk march lambat atau normal).
Senjata: Senjata Api dan tombak.
Catatan: Ada delapan panji, delapan sersan, 64 prajurit dan satu pemikul. Mereka diperintahkan oleh administrator distrik Bupatior. 
Joyo, Bahu, Prawiro dan Rono adalah nama-nama yang terkait dengan unit ini.
9. Bregada Bugis
Bendera: Wulan ndadari.
Kostum: Hitam celana panjang, jaket dan topi juga hitam.
Pusaka: Nil.
Instrumen: Drum, pui-pui, gong dan kecil tom-tom. melodi mereka adalah Endroloko.
Senjata: Tombak
Catatan: Awalnya pasukan ini berasal dari daerah Bugis di Sulawesi Selatan. Mereka bertugas menjaga Ketua Menteri Sultan serta menjaga Garebeg dan upacara lainnya. 
Nama mereka biasanya mengandung kata  Rangsang. 
Pada awal 1800-an dan hingga sekarang,  ada sekitar 40 anggota.
10. Bregada Surakarsa
Bendera: Pare Anom.
Kostum: mantel putih dan celana, kain di sekitar limbah dan sandal.
Pusaka: Nil.
Instrumen: Drum dan seruling. Melodinya adalah Plangkenan.
Senjata: Tombak.
Catatan: Mereka memiliki petugas yang disebut Penewu, 64 tentara dan pemikul. Mereka bertugas untuk menjaga putra mahkota serta ‘gunung’ persembahan yang digunakan dalam upacara Garebeg.
11. Bregada Langenhastra
Unit ini bertugas menjaga Sultan selama upacara Garebeg, yang merupakan pasukan tambahan dalam Brigade Mantrijero. 
Mereka mengenakan seragam yang sama dengan Brigade Mantrijero tetapi tidak membawa senapan, mereka malah dipersenjatai dengan pedang pendek.
12. Bregada Somaatmaja
Ini adalah pengawal pribadi Sultan dan datang langsung di bawah komando beliau. 
Ada dua panji dan dua sersan serta 16 tentara. Mereka mengenakan baju besi dan membawa sabit berbentuk perisai besar. Mereka memakai dari kulit kerbau dan helm, namun tidak menggunakan sepatu. Mereka juga membawa pedang pendek. Wajah dan tubuh mereka ditutupi dengan debu kuning. 
Ketika mereka melakukan fungsi pengawal, mereka akan tampak menari. Wikipedia memiliki foto dari salah satu pengawal Sultan dari tahun 1880-an.
13. Bregada Jager
Dari istilah Belanda, Jager berarti pemburu. 
Unit ini terdiri dari panji, dua sersan dan 58 prajurit. 
Mereka tidak memiliki bendera atau simbol khusus, juga tidak memiliki seragam khusus, tetapi mengenakan pakaian tradisional Jawa. 
Mereka dipersenjatai dengan senapan.
14. Bregada Suranata
Suranata adalah prajurit santri, telah ada sejak Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I) berperang. Tugas harian setelah Kasultanan terbentuk adalah menjaga keamanan Masjid Besar Sultan dan Masjid Panepen (di dalam karaton). Prajurit Suranata diberi nama-nama santri seperti Usman, Yahya, Muhamad dll.
Termasuk adanya Juru Suranata yang bertugas sebagai Imam Besar Masjid Panepen, dalam Karaton. Termasuk mendoakan jika ada putera Dalem (putra putri Sultan) yang sakit.
Kampung Suronatan kini ada di barat Kauman, yaitu Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan (barat Kraton)
15. Bregada  Suragama
Merupakan prajurit kadipaten yang semula ditugaskan untuk menjaga Istana Sawojajar.


------------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:

Komentar