Bandar Sibolga berada di teluk, yaitu Teluk Tapian Nauli atau Teluk Sibolga, lokasinya secara alamiah terlindungi dari ombak besar Samudera Indonesia.
Konon, sejak awal abad Masehi, pedagang India dan Arab biasa berlayar menyeberangi Samudra Hindia ke Sumatra di sekitar kawasan ini. Daya tarik utama di sini adalah komoditas kapur barus berkualitas tinggi, yang diambil dari pelabuhan Barus di dekatnya.
Sama-sama berada di kawasan pesisir, Sibolga sendiri berada sekitar 67 kilometer di selatan Barus. Namun belakangan sejak abad ke-19, Bandar Sibolga muncul dengan fasilitas yang lebih baik dari pada Bandar Barus.
Lahir di masa pemerintahan Hindia-Belanda, Bandar Sibolga termasuk pelabuhan muda. Sejarah mencatat, kota Sibolga sekarang dahulu merupakan bandar kecil di tepi Teluk Tapian Nauli di Pulau Poncan Ketek, sebuah pulau kecil yang lokasinya tak jauh dari Kota Sibolga kini. Bandar kecil ini dibangun pada sekitar abad ke-18 dengan penguasanya bergelar Datuk Bandar.
Kemudian di masa pemerintahan Hindia Belanda, sekitar abad ke-19, bandar kecil itu dipindahkan ke daratan di Pulau Sumatra, yaitu di lokasi Sibolga saat ini untuk menggantikan bandar di Pulau Poncan Ketek.
Karena lokasinya dekat dengan sumber alam dan sumber air sebagai sumber perbekalan bagi kapal yang tengah berlabuh, Bandar Sibolga ini lama kelamaan berkembang menjadi sebuah bandar yang besar, kota pelabuhan dan perdagangan.
Sibolga pernah berjaya sebagai pelabuhan dan gudang niaga untuk barang-barang hasil pertanian dan perkebunan seperti kapur barus, karet, cengkeh, kemenyan dan rotan. Inggris bahkan pernah menjadikan Sibolga sebagai pelabuhan gudang niaga lada terbesar di Teluk Tapian Nauli.
Di masa pemerintahan Hindia Belanda, berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal pada 7 Desember 1842 tempat kedudukan Residen Tapanuli dipindahkan dari Air Bangis ke Sibolga, dan sejak itulah Sibolga resmi menjadi Ibu Kota Keresidenan.
Meski statusnya sebagai Ibu Kota Keresidenan sempat dipindahkan ke Padang Sidempuan, yaitu antara tahun 1885-1906, predikat itu akhirnya kembali lagi ke Sibolga berdasarkan Staadblad yang dikeluarkan pada 1906. Tercatat hingga 1920, Sibolga masih bernama Onderafdeeling Sibolga en Ommelanden dan berada di bawah Residen Tapanuli, di mana ibu kotanya berada di Sibolga.
------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar