Prasasti Ombilin(...? Syaka); Kerajaan Melayu(645-1375M)

Prasasti Ombilin adalah sebuah prasasti yang ditemukan di Jorong Ombilin, Nagari Simawang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Prasasti tersebut ditemukan di tepi Danau Singkarak, tepatnya di dekat pelataran Puskesmas Rambatan. 
Prasasti Ombilin terbuat dari batuan andesit warna coklat kehitaman, memiliki tinggi 95 cm, lebar 48 cm, dan tebal 30 cm. 
Sayangnya batu tersebut telah pecah dan bagian atasnya telah hilang. Prasasti Ombilin dipahat dengan menggunakan huruf  Jawa Kuna dan berbahasa Sansekerta bercampur Melayu Kuna. 
Prasasti Ombilin terdiri dari 19 baris tulisan yang tersisa dengan menggunakan huruf Jawa Kuna dan bahasa Sanskrta bercampur Melayu Kuna. 
Menurut Casparis, prasasti ini merupakan 4 buah sloka, 2 sloka ( sebuah bait yang aslinya terdapat dalam bahasa Sanskerta). Bait ini khususnya terdiri dari 2 baris berbentuk sardula (inti) dan 2 sloka lainnya berbentuk malini (sampiran). 
Isi prasasti antara lain berupa penghormatan kepada Adityawarman yang pandai membedakan dharma dan adharma, ia punya sifat sebagai matahari yang membakar orang jahat, tetapi menolong orang baik. 
Salah satu bait prasastinya mencantumkan kalimat : "...nahi nahi nrpa wangsa wangsa widya narendra..."; "...ia bukan keturunan bangsawan, tetapi dapat berlaku atau mengetahui tingkah laku seorang raja...". 
Pada sisi samping prasasti terdapat tulisan swahasta likhitam yang berarti ditulis oleh tangan sendiri. 
Maksud kalimat tersebut tentu saja bukan Adityawarman yang menulis prasasti tersebut, tetapi dia hanya menuliskan draft, sedangkan yang memahat tulisan Adityawarman pada sebuah batu dilakukan oleh orang lain, yaitu citralekha (penulis/tukang pahat prasasti). 
Adapun Casparis dengan hasil pembacaannya mengatakan bahwa dengan tulisan tersebut Raja Adityawarman berarti pandai dalam bahasa Sansekrta. 
Prasasti ombilin ditulis olah Adityawarman sendiri, yang pada waktu itu belum menjadi raja, melainkan sebagai wreddhamantri (dari kerajaan Majapahit). Jika penulisnya bukan Adityawarman, maka tentu seseorang dari pariwara atau pengiringnya. Isi prasasti antara lain berupa penghormatan kepada Adityawarman yang pandai membedakan dharma dan adharma, ia punya sifat sebagai matahari yang membakar orang jahat, tetapi menolong orang baik.


-----------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:

Komentar