Prasasti Pamwatan adalah sebuah prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga, yaitu pada tahun 965 Syaka atau 1043 Masehi. Prasasti ini ditemukan di Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.
Sayangnya, Prasasti ini hilang/dicuri pada tahun 2003, dan di tempat berdirinya sekarang dibuatkan duplikat berdasarkan foto yang pernah dipublikasi.
Prasasti Prasasti Pamwatan ditemukan berupa lempeng batu andesit besar. Di lokasi sekitar prasasti ditemukan pecahan artefak-artefak kuno dan serakan batu bata kuno berukuran besar, terutama disekitar pekuburan yang terletak 200-300 m di sebelah utara lokasi prasasti. Ditinjau dari letaknya, prasasti ini terletak di lereng sisi utara Gunung Pucangan (tempat ditemukannya Prasasti Pucangan oleh Raffles), berada di sebelah selatan kali Lamong yang di perkirakan sebagai batas dari Kerajaan Panjalu dan Jenggala.
Menurut sejarawan L.C. Damais, tanggal tepatnya adalah 20 November 1042 Masehi, dan Isi prasasti ditulis dalam bahasa Jawa Kuno.
Dari prasasti ini dapat diperkirakan bahwa ibu kota Kerajaan Kahuripan saat itu ialah Dahana, yang sekarang menjadi Kota Kediri.
Pada sisi depan (recto) bagian atas prasasti terdapat tulisan yang berbunyi 'Dahana' dalam aksara kwadrat.
Hal ini memunculkan spekulasi bahwa Lokasi ditemukannya prasasti ini merupakan Kota Dahana, yang merupakan pusat pemerintahan baru Kerajaan yang ditempati oleh Erlangga sebelum “lengser keprabon mandeg pandito”.
Beberapa ahli sejarah menyimpulkan bahwa sebelum mundur dari kekuasaan, Erlangga membangun kota baru yang ditempatinya sampai untuk kemudian menjadi ibukota kerajaan baru yang dinamakan Panjalu, dimana Putra yang bernama Sri Samarawijaya menjadi raja. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Nama Dahaṇa tersebut di dalam sumber lain, yaitu Serat Calon Arang dan Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. sebagai ibu kota/keraton kerajaan Airlangga, namun dalam uraian serat tersebut tidak disebutkan secara pasti dimanakah persisnya letak keraton Dahaṇa itu berada.
Saat ini Prasasti Pamwatan tidak ada di lokasi, tapi bekas prasasti masih dipelihara oleh masyarakat sampai kini. Dari keterangan masyarakat yang dimuat oleh koran Radar Bojonegoro, prasasti sudah tidak ada di tempatnya pada 12 September 2003. Hingga saat ini belum ada informasi tentang siapa yang mengambil prasasti dan di mana prasasti disimpan.
---------------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar