Prasasti Sitopayan II adalah salah satu prasasti yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan bahasa Batak; dan sebagian besar menggunakan aksara Jawa Kuno serta beberapa kata memakai aksara Batak Kuno.
Berbeda dengan Prasasti Sitopayan I, Naskah prasasti terdiri dari dua baris, dan dituliskan salah satu sisi dari lapik arca batu pada bidang yang horizontal. F.D.K. Bosch memperkirakan bahwa prasasti ini dibuat pada abad ke-13 M, berdasarkan bentuk dan ciri-ciri aksaranya.
Isi prasasti menceritakan tentang pendirian wihara bagi sang raja, yang dilakukan oleh empat tokoh bernama Pu Sapta, Hang Buddhi, Sang Imba, dan Hang Langgar.
Penyebutan kata sandang Hang, Sang, dan Pu (Mpu) di depan nama-nama tokoh, juga memperlihatkan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang berbahasa Melayu.
Peneliti Robert von Heine Geldern menduga bahwa tulisan pada prasasti ini adalah bentuk aksara Batak awal. Diperkirakan bahwa tulisan tersebut adalah contoh terawal tulisan Batak, dan boleh jadi mempunyai hubungan yang erat dengan tulisan dari orang-orang di pedalaman pegunungan Sumatra.
Goris (1930) berspekulasi bahwa nama-nama Sapta, Buddhi, Imba, dan Langgar mungkin saja adalah candrasengkala, yaitu mewakili angka-angka 7, 5, 1, dan 1, sehingga menimbulkan dugaan bahwa Biaro Si Topayan dibangun pada tahun 1157 Syaka (1235 Masehi).
Saat ini, prasasti ini disimpan di Museum Negeri Sumatra Utara, dengan nomer inventaris 1517.2.
Teks alih aksara prasasti ini menurut Bosch (1930) dan Utomo (2007) adalah sbb.:
pu Sapta hang buddhi sang imba hang langgar tat(kā) la itu
barbwat biyara paduka śrǐmahāraja
Terjemahan teks prasasti ini menurut Setianingsih dkk (2003) adalah sbb.:
Pu Sapta, Hang Buddhi, Sang Imba, dan Hang Langgar tatkala itu
Membuat (tempat bertapa) wihara sang raja.
------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar