Orang Lanun (Ilanun atau Iranun) adalah suku bangsa yang berasal dari wilayah Filipina bagian Selatan.
Secara bahasa, Kata Lanun berasal dari bahasa Maguindanao, I-lanao-en, yang berarti "orang danau", yaitu danau Lanao yang berada di tengah pulau Mindanao. Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, istilah lanun menjadi sinonim dengan bajak laut atau perompak, tanpa menghubungkannya kembali dengan suku bangsa Lanun.
Suku bangsa Lanun sangat terkenal sebagai bajak laut yang ditakuti di perairan Asia Tenggara pada abad ke-18 dan 19 Masehi.
Kebanyakan orang lanun adalah Muslim. Bahasa mereka adalah bagian dari keluarga Austronesia, dan paling erat terkait dengan orang-orang Maranao dari Lanao.
Selama berabad-abad, orang lanun terlibat dalam pendudukan terkait bajak laut di Asia Tenggara.
Berasal dari Kesultanan Maguindanao, di selatan Mindanao, koloni Orang lanun tersebar di seluruh Mindanao, Kepulauan Sulu serta pantai utara dan timur Kalimantan.
Secara historis, orang lanun diberi nama exonim Ilanun (juga dieja dengan bermacam-macam sebagai Illanun, Illanoan, Illanoon, Ilanoon, dll.) Selama era kolonial Inggris. Istilah Melayu Lanun atau bajak laut berasal dari kata exonim tersebut.
Dalam kasus kawin silang antara seorang wanita orang lanun dan pria dari luar, pengaruh budaya keluarga wanita akan lebih dominan daripada pria luar akan dianggap sebagai pria orang lanun; meskipun dalam banyak kasus hal ini tidak terjadi.
Selama beberapa abad, orang lanun di Filipina menjadi bagian dari Kesultanan Maguindanao.
Dulu, kedudukan Kesultanan Maguindanao terletak di Lamitan dan Malabang. Keduanya merupakan benteng pertahanan masyarakat orang lanun.
Orang lanun melawan penjajah Barat di bawah bendera Kesultanan Maguindanao.
Mereka merupakan bagian dari perlawanan Moro melawan pendudukan AS di Filipina dari tahun 1899-1913 M.
Orang lanun sangat baik dalam aktivitas maritim karena mereka secara tradisional adalah pelaut dan bajak laut.
Mereka biasa melewati rute yang menghubungkan Laut Sulu, Teluk Moro ke Laut Sulawesi, dan menyerbu wilayah yang dikuasai Spanyol di sepanjang jalan.
Aktivitas bajak laut mereka yang terkenal adalah menyerang dan menawan warga Sarawak untuk dijadikan hamba sahaya (budak) di wilayah Sulu.
Selain itu, orang-orang lanun juga melakukan aktivitas di wilayah Malaka, Sumatera, terutama di kawasan kepulauan Riau. Beberapa versi tentang Lanun di Sumatera yang merujuk pada perompak/bajak laut, diantaranya adalah:
1. Menurut sejarah masyarakat Balitung, kepulauan Riau, para Lanun berasal dari sebuah daerah bernama Lanoa di kepulauan Mindanao, Filipina. Setelah menguasai pantai barat Kalimantan, mereka memperluas daerah operasi mereka hingga ke Bangka dan Selat Sunda.
Selain itu, versi yang lain menyebutkan bahwa para Lanun tersebut merupakan prajurit laut Kerajaan Sriwijaya yang ditugaskan untuk menavigasi kapal-kapal yang membayar pajak ke Sriwijaya. Kapal yang tidak membayar pajak akan diserang dan karam di perairan Belitung.
2. Berdasarkan catatan ruang hari,
Keberadaan kelompok orang lanun ini di kawasan pantai timur Sumatra sudah berlangsung sejak abad 14 Masehi atau bahkan jauh sebelum itu.
-----------------------------
Ditulis ulang
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar