Mpu Prapañca (disebut juga Dang Acarya Nadendra) adalah nama samaran dari pujangga sastra Jawa yang hidup pada abad ke-14 pada periode zaman Majapahit dan kemungkinan selain pujangga juga merupakan mpu yang paling ternama pada masanya.
Prapañca menulis kakawin ini ketika bekerja pada raja Rājasanagara yang lebih dikenal dengan nama Hayam Wuruk.
Pro-kontra Siapa Mpu Prapanca?
Sejarawan Slamet Muljana meyakini Prapanca adalah nama samaran, berdasarkan kata maparab Prapañca dalam Nagarakrtagama.
Menurut sejarawan Hadi Sidomulyo, Prapañca sebenarnya adalah Dhang Acarya Nadendra, yang terdaftar sebagai dharmadyaksa ring kasogatan dalam Prasasti Canggu (1358 Masehi), periode Hayam Wuruk (1334-1389 M), dan Prasasti Sekar yang kemungkinan dikeluarkan beberapa tahun kemudian. Konon menurut Mpu Prapañca sendiri, dia adalah seorang mantan dharmādhyakṣa kasogatan atau penghulu agama Buddha kerajaan. Walaupun hal ini ditentang pakar Sastra Jawa Kuno, seperti Th. Pigeaud dan P.J. Zoetmulder.
Ayahnya adalah Dhang Acarya Kanakamuni, dharmadyaksa yang menyerahkan jabatan kepada puteranya setelah mengabdi selama lebih dari 30 tahun.
Nadendra sendiri mengganti namanya menjadi Winada setelah dipecat dari jabatannya, karena rasa malu setelah kehilangan jabatan sebagai dharmadyaksa kerajaan.
Nama Prapañca adalah nama pena yang digunakan di Kakawin Nāgarakṛtâgama, yang artinya adalah "bingung/gelisah".
Nama "Prapanca" mengisyaratkan bahwa nama asli si pengarang terdiri dari aksara pa-n-ca-k-sa-ra.
Setelah tidak menjabat, Mpu Prapañca tinggal di Kamalasana, di lereng sebuah gunung, tempat ia menulis karyanya. Nagarakretagama pupuh 95(3):
Alih aksara:
"Ikas ika tan/ pahi mwan atapen giriwana manusup, agaway umah pahoman asnöt/ jnek amati tutur, kamala na-(135a) tarnya len asana tanduran ika maruhur, kamalasana ywa nama ni sampun alawas amatek"
Alih bahasa:
"Segera ber-tapa brata di lereng gunung, masuk ke dalam hutan, Membuat rumah dan tempat persajian di tempat sepi dan ber-tapa, Halaman rumah ditanami pohon kamala, asana, tinggi-tinggi, Memang Kamalasana nama (tempat...?) sudah sejak lama dikenal".
Ada dugaan juga bahwa ayah Prapanca adalah Acarya Nada, penyusun prasasti Wuware (1289 Masehi), tapi hal ini Masih belum bisa dibuktikan.
Siapa sesungguhnya Prapanca sampai sekarang belum diketahui pasti, namun ia melukiskan dirinya sendiri dalam Nagarakrtagama, Pupuh 96(1-2):
Alih aksara:
"Prapañca pracacah pañca, pracacad/ pocapan/ ceced, prapöɳpöɳ pipi pucce prm, pracoɳcoɳ cet pacehpaceh.
Tan/ tata tita tuten, tan tetes/ tan tut iɳ tutur, titik/ tantri tateɳ tatwa, tutun/ tamtam/ titir ttitih".
Alih bahasa:
"Prapanca itu pra lima buah/ Cirinya: omongannya lucu/ Pipinya tembam, matanya ngeliyap/ Gelaknya ngakak. Terlalu kurang-ajar dia, tidak bisa ditiru/ Tolol, tidak mengikuti anjuran tutur/ Memerlukan pimpinan yang baik dalam tatwa/ Pantasnya ia dipukul pantatnya berulang kali".
Prapanca hidup pada zaman keemasan Majapahit, sebagai hasil perluasan wilayah keluar Jawa mengikuti haluan politik ekspansif raja Singhasari, Kertanegara (1268-1292 M), yang dilancarkan oleh Mahapatih Gajah Mada.
Dia menguraikan kebesaran Majapahit, kemakmuran, hubungan antara pusat dan daerah, serta hubungan dengan luar negeri.
--------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar