Perjalanan pelabuhan di Jembrana, tak lepas dari perkembangan Kerajaan Jembrana (1705-1960 M). Kerajaan tersebut, saat ini Terletak di Kabupaten Jembrana, provinsi Bali.
Seperti yang tertera dalam Peta Pertama Jembrana yang dibuat oleh Raden Mas Ronodirjo dan FA. Liefrinck (1853-1927 M) dibawah ini:
1. Bandar Pancoran (1669 – 1808 M)
Bandar ini adalah Pelabuhan pertama di Jembrana yang dibangun oleh Daeng Nachoda atas seijin Raja Arya Pancoran IV (1620 – 1696 M), Kerajaan Jembrana. Di tahun 1671 Masehi, Raja memberikan konsensus masyarakat Bugis untuk menempati sekitar Bandar Pancoran, yang disebut Kampung Pancoran, sekarang Kampung Terusan Loloan Barat.
Pada tahun 1720 Masehi, Daeng Sikuda Dempet sebagai Matoa Bandar Pancoran menggantikan Daeng Nachoda. Sekitar tahun 1800 – 1808 M, Daeng Pattimi ditugaskan sebagai Matoa Pancoran yang merupakan perwakilan dari Kerajaan Badung. Jembrana di bawah vasal Kerajaan Badung, dengan menempatkan 1.200 pasukan Bugis dibawah pimpinan Daeng Pattimi.
Masyarakat Kerajaan Jembrana mulai khawatir dengan bertambah kuatnya pasukan Daeng Pattimi, sehingga Raja Jembrana meminta bantuan Kerajaan Buleleng untuk membebaskan dari pengaruh vasal kekuasaan Kerajaan Badung.
Sejak tahun 1808 Masehi, Bandar Pancoran mulai masa surut, setelah peristiwa penyerangan tersebut di atas, Bandar Pancoran kembali mulai dipergunakan pada tahun 1900-1925 M, diaktifkan sebagai pelabuhan dengan nama Pelabuhan Teluk Bunter tahun 1925-1980 M.
Pelabuhan Teluk Bunter hanya dipakai untuk bongkar angkut barang (kopra, minyak, beras, dll). Pada tahun 1960-1969 M, Syahbandar Pelabuhan Teluk Bunter dijabat oleh tokoh dari Loloan Barat.
2. Bandar Loloan (1808-1900 M)
Pelabuhan kedua di Jembrana yang dirintis oleh Syarif Tua (Syarif Abdullah bin Yahya Al qadri), yakni Bandar Loloan. Bandar Loloan dibangun di sebelah utara Bandar Pancoran selesai dibangun tahun 1808 Masehi. Kemudian dilanjutkan dengan membuat tempat transit untuk calon jamaah haji di Tanjung Tangis Muare Perancak.
Pada sekitar tahun 1900 Masehi, Bandar Loloan mulai mengalami pendangkalan, dan kapal-kapal besar tidak bisa masuk.
3. Pelabuhan Cupel (1885-1940 M);
Di masa pemerintahan Hindia Belanda, kegiatan transportasi penumpang dari Pelabuhan Teluk Bunter dipindahkan ke Pelabuhan Cupel.
Hal itu dilakukan untuk mempersingkat jarak tempuh rute penyeberangan Banyuwangi – Negara.
Rute penyeberangan Cupel ke Banyuwangi, tepatnya di Pelabuhan Boom (Pelabuhan lama Banyuwangi sebelum Ketapang). Haryadi bin Hardjodisumo dalam bukunya yang berjudul “Surat Untuk Sahabat” terbit tahun 1999, pada halaman 57, mengatakan, “Yang kuingat di tahun 1936 Masehi, rute pelayaran ialah Banyuwangi-Cupel”.
Sekitar tahun 1939 Masehi, transportasi bus Sapakira melayani jurusan Negara – Banyuwangi, dengan menyambung jukung melalui Pelabuhan Cupel.
Asal kata Cupel, menurut penuturan lisan dari R. Azhari, bahwa orangtuanya mengetahui asal kata Cupel, yaitu dari bahasa Belanda, Koppel yang berarti pasangan. Memang dahulu para menir-menir Belanda bertamasya mengajak pasangannya untuk wisata melihat pemandangan laut dan sunset Pantai Cupel.
Pemerintahan Hindia Belanda memindahkan Pelabuhan Cupel sebagai penyeberangan penumpang atau transportasi umum, setelah di tahun 1940 Masehi, dan mulai merintis di kawasan Gilimanuk.
Setelah masa Kemerdekaan, Pelabuhan Cupel dari tahun 1960-an hingga tahun 1990-an tetap dipakai para saudagar untuk penyeberangan gelap atau illegal perdagangan sapi antarpulau.
4. Pelabuhan Candi Kusuma (1885-1969 M);
Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 Masehi, Pelabuhan Cupel dipergunakan sebagai pangkalan laut Jepang, untuk memenuhi kebutuhan logistik, dan juga benteng pertahanan laut. Sehingga kegiatan transportasi penumpang yang sebelumnya di Cupel dipindahkan ke Candi Kusuma dan Penginuman (sebuah tempat yang berjarak ± 5 km dari Gilimanuk).
Pada tahun 1885 Masehi, di masa pemerintahan Belanda dibuat tiga pelabuhan di Jembrana, yaitu Pelabuhan Candi Kusuma, Pelabuhan Cupel dan Pelabuhan Pengambengan.
5. Pelabuhan Gilimanuk (1940-Sekarang);
Pemerintahan Hindia Belanda mulai membuka Gilimanuk sebagai pelabuhan transportasi Banyuwangi – Gilimanuk. Dengan adanya bus dari Negara yang mengangkut penumpang untuk tujuan Banyuwangi lewat laut, maka pola pelayaran Banyuwangi-Bali berubah. Di Penginuman kira-kira 5 km sebelum Gilimanuk, bus membelok ke kiri dan lewat jalan yang kanan-kirinya hutan semak, sampailah ke pantai yang landai. Pantai ini berjarak ± 60 m dari jalan besar dan tempat ini dikenal dengan nama Penginuman.
Kata orang, di dekat tempat ini ada kolam yang berair tawar. Dibanding dengan Gilimanuk yang tandus dan beralang-alang, tempat ini rimbun oleh hutan di sekitarnya. Satu-satunya bangunan hanyalah pondok bambu, tempat menunggu datangnya jukung dari Banyuwangi.(Haryadi:1999;59)
Sekitar tahun 1951 hubungan Gilimanuk-Banyuwangi sudah dinormalisir kembali dibawah pemerintahan Republik Indonesia. Ada kapal penumpang yang menghubungkan Gilimanuk- Banyuwangi. Pada tahun-tahun berikutnya, Ketapang berkembang.
Sebelum ada dermaga, maka truk-truk yang bermuatan sapi dari Bali diangkut dengan kapal-kapal L.S.T (Landing Ship Tank) milik swasta. Kapal ini mendarat langsung di pantai. Dengan berdirinya pabrik kertas Basuki Rahmat, maka Pelabuhan Ketapang berkembang terus hingga saat ini, dan Pelabuhan Banyuwangi ditinggalkan. (Hariadi; 1999-60)
Lokasi Pelabuhan Banyuwangi tersebut terletak di Pantai Boom. Mengembangkan Pelabuhan Ketapang memang menguntungkan, disamping lahan kosong yang tersedia, juga jarak Ketapang- Gilimanuk yang hanya ± 4 mil laut atau ± 6 km, waktu tempuh ± 1 jam. Pelabuhan Gilimanuk dilengkapi dengan fasilitas dermaga pada tahun 1969.
Mulai dibuka pertama kali dengan mengangkut rombongan jamaah haji Jembrana. Penyeberangan Gilimanuk – Ketapang. Pada tahun 1969 Syah Bandar Pelabuhan Gilimanuk dijabat oleh H. Baijuri.
Perlu diketahui, disekitar pelabuhan ini terdapat situs Pekuburan pra sejarah yang membuktikan bahwa dimasa lalu, area ini merupakan wilayah pemukiman komunitas nelayan Gilimanuk pada periode Pra Hindu-Budha.
Secara administratif, situs Gilimanuk ini terletak di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali.
---------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar