Prasasti Karang Bogem (1300 Syaka/1387 Masehi); Kerajaan Majapahit (1293-1527 M)

Prasasti  Karang Bogem (1387 Masehi), merupakan prasasti dalam bentuk Logam satu keping. 
Prasasti ini pertama kali ditemukan disekitar Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Prasasti ini dikeluarkan oleh seorang tokoh, dua tahun sebelum wafat sri maharaja Hayam Wuruk. 
Siwi Sang, salah satu penggiat sejarah, mengidentifikasi tokoh yang mengeluarkan prasasti ini adalah batara parameswara Pamotan Wijayarajasa dyah Kudamerta, raja Kedaton Wetan yang wafat pada tahun 1388 Masehi. 
Terdapat penggunaan kata ‘ingong’ yang artinya aku, bukannya ingsun. 
Berikut alih aksara dan Alih bahasa prasasti  menurut Muhammad Yamin dalam buku Tatanegara Madjapahit, Parwa 1-2, yayasan Prapantja, Jakarta, 1962.
Lempeng bagian depan, alih aksara:
//Iku wruhane para mantring tirah aryya songga pabayeman aryya carita, purut, patih, lajer, wruhane yen ingong amagehaken karange patih tamba karang bogem, 
penganane kidul lebuh,
penganane wetan sadawata anutug sagara pisan,
penganane kulon babatane dmung wana, anutug sagara pisan, pasawahane sajung babatan sakikil, iku ta malerahaya den siddhigawe. 
hana ta kawulaningong saking gresik warigaluh ahutang sakti rong laksa gnep sabisane hasikep rowang warigaluh luputa ta pangarah saking si ddhayu kapangarahan po hiya saki dalem galangan kawolu anghaturakna ta hiya hacan bobot sewu sarahi atambak sesine. tambake kahature ringing, hana tadagang angogogondok, amahat, luputa ta ring arik purih saprakara, knaha ta hiya ring pamuja//
Alih bahasa:
//Ketahuilah para mantra di Tirah Arya Songga Pabayeman, Arya Carita dari Purut, dan Patih Lajer, ketahuilah bahwa aku telah menetapkan tanah milik Patih Tamba di Karang Bogem, 
batas selatannya adalah tanah padang, batas timurnya adalah tanah dataran yang mentok ke segara,
batas barat adalah daerah pembabatan alas Demung, sampai segara. 
Sawahnya seluas satu jung dan pembabatan hutannya sakikil. Itulah batasannya. 
Jangan diganggu gugat penetapan ini. kemudian ada seorang kawulaku asal Gresik, pekerjaannya nelayan yang memiliki hutang sebesar satu keti dua laksa [sama dengan seratus duapuluh ribu]. Sedapatnya dia akan memungut bantuan sesame nelayan. Kini mereka akan bebas dari tuntutan pihak Sedayu. tetapi mereka harus memenuhi tuntutan dari dalam galangan kedelapan,
mereka diharuskan membayar terasi belacan seberat seribu bagi tiap pemilik tambak dan seisi tambak harus dibayarkan kepadaku. 
Ada pula pedagang anggogondok atau penyadap aren, yang mereka harus dibebaskan dari pemungutan cukai karena mereka sekarang dikenakan pembayaran cukai untuk pemujaan
Lempeng bagian belakang, alih aksara:
//Satengah, anuta sararataning wargga taman sabhumi, tithi, ka 7, cirah 8. 
andaka kakatang//
Alih bahasa:
//Seperdua, menurut adat kebuasaan warga taman seluruhnya. Tertanggal bulan ketujuh, tahun Syaka delapan. 
Andaka Kakatang//


-------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber: 

Komentar