Prasasti Jiyu (Syaka 1408 / 1486 Masehi) ; Kerajaan Majapahit (1293-1527 M)

Prasasti Jiyu atau disebut pula Prasasti Trailokyapuri 1486 Masehi merupakan pemberian anugerah dari Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya kepada sri paduka Brahmaraja Ganggadara yang telah memimpin pelaksanaan rangkaian upacara sradda memperingati 12 tahun wafatnya Sang mokta ring Indrabuwana.
Perlu diketahui bahwa Sang Mokta Ring Indrabawana adalah Bhatara ring Daha Manggalawardhani Dyah Suragharini, ibu kandung Dyah Ranawijaya.
Prasasti tersebut ditemukan di Dusun Jerukwangi, Desa Jiyu, Kecamatan Mojokerto. Prasasti berada di lahan persawahan (terasering) milik warga yang bernama Bapak Abu Amar tepatnya di bagian sudut tenggara sawah. Selain itu berdekatan dengan aliran sungai kecil (sungai irigasi) yang mengarah ke timur-barat. Prasasti ini berdekatan sekitar 5 meter dari prasasti nomor 518/MJK/2017. 
Prasasti biasanya dilengkapi dengan lencana yang dapat menunjukkan siapa yang mengeluarkannya selain nama raja yang tertulis di dalamnya. Lanchana atau simbol yang ada pada prasasti batu yang ditemukan di Desa Jiyu berupa simbol dua telapak tangan, payung, bulan, bintang, tongkat yang dililit ular dan kendi. Simbol ini serupa dengan simbol yang ada pada  prasasti yang pernah ditemukan di Desa Jiyu (prasasti Jiyu/ prasasti Trailokyapuri I-IV) yang saat ini ditempatkan di Pengelolaan Informasi Majapahit (Museum Majapahit).
Menurut  Hasan Djakfar, prasasti tersebut menunjukkan angka tahun 1408 Syaka dan dikeluarkan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya sehubungan dengan pengukuhan tanah-tanah yang untuk Sang Hyang Dharma Trailokyapuri yang telah dianugerahkan kepada Sri Brahmaraja Gangadhara. 
Selain prasasti Jiyu I-IV, prasasti Ptak juga menunjukkan angka tahun dan lanchana yang sama, selain itu pernah juga ditemukan empat tugu tapal batas (watu sima) dengan lanchana yang sama sehingga simbol tersebut dinamakan Girindrawwardhana-Lanchana tanpa disertai aksara. 
Berdasarkan pendapat tersebut, maka batu monolith yang memiliki simbol Girindrawardhana-Lanchana tersebut dapat diasumsikan sebagai tapal batas (watu sima).
Menurut Siwi Sang, Setelah ratu Daha Jayawardhani dyah Jayeswari wafat, Bhre Tanjungpura Manggalawardhani dyah Suragharini bersemayam di Daha atau menjadi Bhre Daha.
Bhre Daha Manggalawardhani dyah Suragharini yang merupakan mantan permaisuri Sang Sinagara wafat pada tahun 1474 Masehi. Jadi pada tahun 1486 Masehi, tepat 12 tahun wafatnya Bhre Daha Manggalawardhani dyah Suragharini.
Dalam Prasasti Jiyu I 1486 Masehi, Girindrawardhana Dyah Ranawijaya memberi anugerah kepada Sri Brahmaraja Ganggadara berupa tanah di Talasan, Pung, dan Batu untuk dijadikan tempat pembangunan asrama Terailokyapuri.
Oleh karena itu Prasasti Jiyu I dikenal pula sebagai Prasasti Trailokyapuri 1486 Masehi.
Pemberian anugerah dalam Prasasti Jiyu I/Prasasti Trailokyapuri 1486 Masehi merupakan anugerah langsung dari Dyah Ranawijaya, beda dengan anugerah tanah Petak dalam Prasasti Petak.
Dengan demikian pada tahun 1486 Masehi, Sri Brahmaraja Ganggadara mendapat dua anugerah dari kerajaan Majapahit. Anugerah pertama dalam prasasti Petak 1486 Masehi dan anugerah kedua termuat dalam prasasti Trailokyapuri 1486 Masehi.
Berikut alih aksara prasasti Jiyu I/Prasasti Trailokyapuri 1486 Masehi menurut pembacaan Muhammad Yamin dalam buku Tatanegara Madjapahit, Parwa 1-2, yayasan Prapantja, Jakarta, 1962)
// swasti cri cakarawarsatita 1408 kartikamasa titi pratipadakrsna paksa, wu, cu, wara, kalawu, agneyastha, graham cara, rohininaksatra, prajapati dewata, parigha yoga, wresabkaraci. irika diwacanyajna paduka cri maharaja cri wilwatiktapura janggala kadiri prabhu natha cri girindrawarddhana nama dyah ranawijaya, bhatara [ku] monang lampahikang dwadacawarsa craddrasampurnnanira sang mokta ring indrabhawana, ring cri mahadwijacresta, bharadhuwajasutra, apasthambhasutra, caturwwedaparaga, sarwwacastra samapta, paduka cri brahmaraja ganggadhara. ya ta sinung bhumudana ring trailokyapuri, sahampihanya ring talasan nanging janggada ring pung batu catusimanya, sakendeng sengkernya, sa bhuktinya sadrwya hajinya hanutu sarasaning pracasti ring trailokyapuri wnanga sakalwiranya luputa saprakara denika sima sajero parimana tugu sakalwiranya sawah walirang Sawah pengampulan pada marika wlah 15//
Dalam Alih bahasa:
//Selamatlah! Pada tahun saka 1408 bulan Kartika kresnapaksa hari wurukung Jumat umanis wuku Kulawu bintang berkilau di timurlaut perumahan bulan rohini dibawah lindungan dewara pardjapati joga pariga tanda bintang banteng.Pada waktu itulah turun perintah sri maharaja keraton Majapahit Jenggala Kadiri sri baginda Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, setelah upacara sraddha 12 tahun memperingati wafatnya sang mokta ring indrabawana [ratu Daha Manggalawardhani dyah Suragharini] kepada sri mahadwija sri paduka Brahmaraja Ganggadara. yang putus dalam kitab sutra Bharadwwadja dan Apastambha, serta kitab Weda yang empat [caturweda], serta putus dalam segala kitab sastra. Karena itu beliau [Sri Brahmaraja Ganggadara] mendapat anugerah tanah untuk pembangunan Trailokyapuri bersama tanah di Talasan, selanjutnya ditambah tanah kosong di Pung dengan batu prasasti tanah perdikan itu, dengan dataran dan lereng bukitnya, disertai kekuasaan yang sempurna atasnya dengan segala beban atasnya ditambah segala hak utama seperti ditetapkan dalam piagam Terailokyapuri, yaitu segala macam hak pelungguhan dan segala macam kebebasan. Adapun kedudukan tanah perdikan berlaku pula bagi seluruh pengluasan perwatasan meliputi segala macam tanah yaitu sawah di pelerengan gunung Welirang di Pengampulan yang semunya luasnya 15 tengahan tampah//

Segala kewajiban yang harus ditunaikan Sri Brahmaraja Gaganggadara tercantum lengkap dalam prasasti Jiyu II, yang dilihat dari penanggalan dan isinya merupakan terusan dari prasasti Jiyu I. hanya ditulis dalam batu lain.


---------------------------
Ditulis ulang & disadur 
Oleh: Bhre Polo
Sumber:

Komentar