Kerajaan Kutai Martadipura | Sekitar 400–1635 Masehi

Kerajaan Kutai Martadipura (400-1365M) adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara. Pusat kerajaan Kutai Martadipura terletak di Muara Kaman, yang saat ini adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Informasi nama Martapura diperoleh dari kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara yang menceritakan pasukan Kerajaan Kutai Kertanegara dari Kutai Lama menyerang ibu kota kerajaan ini.
Letak Kerajaan Kutai Martapura
Bukti keberadaan Kerajaan Kutai Martadipura adalah Prasasti Yupa, yang merupakan peninggalan tertua dari kerajaan yang beragama Hindu di Indonesia, yang ditemukan di Bukit Brubus, Muara Kaman, Kalimantan Timur.
Terdapat tujuh buah yupa yang memuat prasasti, namun baru 4 yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa Pra-Nagari dan dalam bahasa Sansekerta, yang diperkirakan dari bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar 400 Masehi. Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub. Pada saat ini, Prasasti tersebut tersimpan di Museum Nasional dengan no. Inventaris: D. 2a; D. 2b; D. 2c; D. 2d; D. 175; D. 176; dan D. 177.
Dari Prasasti tersebut diketahui bahwa Nama Raja Kundungga adalah raja pertama di Kerajaan Kutai Martapura. R.M. Ng. Poerbatjaraka (1952) menafsirkan rangkaian huruf Pallawa berbahasa Sansekerta yang tercatat pada yupa tentang silsilah raja-raja yang pernah berkuasa pada masa-masa awal kerajaan Kutai Martapura dalam alih aksara sebagai berikut:
"...śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ...".
Artinya:
"...Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana...".
Dari Prasasti tersebut, dapat dirumuskan kesimpulan bahwa silsilah keluarga Kerajaan Kutai Martapura, yakni Kundungga sebagai raja Kutai yang pertama. Kundungga memiliki anak bernama Aswawarman yang kemudian meneruskan kepemimpinan di Kerajaan Kutai. Aswawarman mempunyai tiga orang anak laki-laki. Dari ketiga anak Aswawarman ini, terdapat seorang anak yang paling terkemuka, yakni yang bernama Mulawarman sebagai putra mahkota.
Mulawarman diduga kuat adalah orang asli Indonesia karena nama kakeknya, yakni Kundungga (ada juga yang menyebut kudunga atau kundungga) adalah nama asli Nusantara. Kundungga inilah yang diyakini cikal-bakal pemimpin pertama Kerajaan Kutai Martapura, sementara Mulawarman adalah penerus Aswawarman (anak Kundungga) yang membawa Kerajaan Kutai Martapura pada masa-masa puncak kejayaannya. Keyakinan bahwa Kundungga adalah orang Indonesia asli didasarkan pada penyelidikan bahwa Kundungga jelas bukan nama yang berbau India, meski nama-nama keturunannya, yaitu Aswawarman dan Mulawarman, mengandung unsur nama India.
Dalam hal ini, Poesponegoro dan Notosusanto (1993) menyatakan bahwa terdapat nama Bugis yang mirip dengan penyebutan Kundungga, yaitu Kadungga. Kemiripan nama ini ditengarai bukan hanya kebetulan belaka mengingat di Sulawesi Selatan juga ditemukan beberapa prasasti yang hampir sama dengan apa yang ditemukan di Kutai. Poesponegoro dan Notosusanto (1993) selanjutnya menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, baik Kundungga yang menamakan anaknya sebagai Aswawarman, maupun Aswawarman sendiri yang mempunyai anak bernama Mulawarman, berkeinginan menyamakan derajat mereka atau keturunan mereka agar sejajar dengan kaum kesatria yang ada di India. Kemungkinan ini didasarkan pada kenyataan yang menyebutkan bahwa kata "warman" berasal dari bahasa sansekerta yang biasanya digunakan untuk akhiran nama-nama orang di India bagian selatan. Dalam tradisi Hindu yang berasal dari India, sistem sosial masyarakat terbagi atas kelas-kelas yang dikenal dengan tingkatan kasta di mana kalangan ksatria atau bangsawan Kerajaan termasuk dalam kasta terhormat.
Nama kerajaan tertua di Nusantara ini, pada umumnya yang kita ketahui adalah Kutai. Tim Penyusun Sejarah Nasional Indonesia mengungkapkan, nama Kutai digunakan oleh para peneliti sejak zaman Belanda untuk menamakan kerajaan Dinasti Mulawarman berdasarkan lokasi penemuan Prasasti yupa di wilayah Kesultanan Kutai. Tetapi, prasasti yupa sendiri tidak menyebutkan nama kerajaannya dengan Kutai.
Kerajaan Kutai Martadipura berakhir saat rajanya yang bernama Maharaja Dharma Satia terbunuh dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kertanegara ke-8, Pangeran Sinum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai Martapura berbeda dengan Kerajaan Kutai Kertanegara yang saat itu ibu kota di Kutai Lama. Kutai Kertanegara inilah, pada tahun 1365M, yang disebutkan dalam sastra Jawa, yaitu Kitab Negarakertagama{Pupuh 14(1)}. 
Prasasti Yupa di Museum Nasional; 
Salah Satu Prasasti Yupa di Museum Nasional;

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Referensi:

Komentar