Prasasti Blado ditemukan di Dukuh Kepokoh, Desa Blado, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini berbentuk batu balok, ditulis dalam aksara Kawi, menggunakan bahasa Sanskerta, dan berasal dari kurun ± 700-800 Masehi.
Kata dalam Prasasti ini cukup pendek, terdiri dari enam baris yang dipahatkan pada batu. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sansekerta dengan huruf Kawi.
Kondisi prasasti yang telah aus mengakibatkan kesulitan untuk membacanya namun nampaknya prasasti ini berhubungan dengan dana atau pemberian.
Pada kasus ini Sima yang dituliskan terdapat pada garis ke 5 dan dimungkinkan prasasti ini berhubungan dengan Mataram Kuna.
Transkripsi:
hyad – dana
yaj – unmaga ( atau: yajnanam – aga)
ta (…) ya dwa
abhyawidadī ( atau: widanā)
wiwuata simanadijana ( atau: siwindidina)
(…)nada (..) la
( Lihat: Suhadi-Sukarto, 1986: 3; Christie, 2000: 10)
Terjemahan:
"...Sedekah (persembahan) yang diberikan seorang raja kepada suatu daerah atau bangunan suci..."
(terjemahan periksa: Suhadi-Soekarto, 1986:3).
Menurut Suhadi dan M.M Sukarto (1986) dalam tulisan berjudul "Laporan penelitian Epigrafi Jawa Tengah" yang termuat dalam Berita Penelitian Arkeologi No.37, diterbitkan di Jakarta oleh Proyek Penelitian Purbakala Jakarta menyebutkan dua prasasti penting berkenaan dengan Sailendra di Kabupaten Batang. Disebutkan bahwa dari segi historis, Prasasti Sojomerto dan Prasasti Blado sangat penting karena berkaitan dengan nama dinasti Sailendra.
Prasasti Blado yang ditemukan di Dukuh Kepokoh, Desa Blado, Kec. Blado, Kab. Batang ini berbentuk agak pipih, dan berwarna coklat alami, maksudnya tidak dihaluskan. Beraksara Kawi dan berbahasa Sanskerta. Teks prasasti ini terdiri sebanyak 6 baris dan terdapat gambar bulat sabit dipahatan pada sisi belakang.
Namun, Prasasti Blado ini tidak menyebutkan angka tahun pembuatan. Pada bagian belakang prasasti terdapat pahatan bulan sabit, menimbulkan dugaan bahwa prasasti tersebut dibuat pada malam hari sekitar tanggal 1-15. Mengapa demikian, karena bulan sabit selalu muncul pada awal bulan sekitar tanggal 1-15, sehingga dugaan itu dapat muncul.
Selain itu, dugaan yang lainnya yaitu pembuatan prasasti. Bahwa ajaran Hindhu Budha datang ke tanah jawa berawal dari dataran rendah dan menuju ke dataran tinggi.
Pasalnya menurut ajaran Hindhu Budha, bahwa apabila kita berada di dataran tinggi maka kita akan selalu dekat dengan para dewa. Hal inilah yang menciptakan dugaan kembali bahwa Batang merupakan pintu pembuka peradaban Hindhu Budha di Jawa.
Dengan ditemukannya banyak peninggalan cagar budaya yang berada di Kabupaten Batang, menimbulkan presepsi bahwa yang sekarang dinamakan Pantai Celong (Batang) merupakan pintu jalur dinasti Sailendra menyebarkan agama di Pulau Jawa. Terdapat 2 jalur penyebaran agama, masa dinasti ini yaitu :
1. Subah–Bandar–Blado–Reban–Bawang–Dieng;
2. Subah–Wonotunggal–Petungkriyono (Pekalongan)–Dieng.
Hal inilah yang mendasari bahwa penemuan Prasasti Blado dan Prasasti Sojomerto merupakan cikal bakal penghidupan dinasti Sailendra di Jawa yang terjadi pada abad ke-7.
-------------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar