Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya) adalah prasasti dalam bentuk candra sengkala berangka tahun 654 Syaka atau 732 Masehi yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah.
Prasasti yang ditulis pada stela batu ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti dipandang sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 Masehi sebagai seorang penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno.
Prasasti ini menceritakan tentang pendirian lingga (lambang Siwa) di desa Kunjarakunja oleh Sanjaya. Diceritakan pula bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah Sanna, kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha, saudara perempuan Sanna.
Bait 1 "... çākendre’tigete çrutīndriya-rasair ankikrteatsare, vārendau dhavala trayodaçi-tithau bhadrottare kartike, lagne kumbhamaye sthīranga-vidite prāstisthipat parvate, lingam laksana-laksitamnarapatiç çri Sañjayaç çantaye ..."( Poerbatjaraka,1952).
Adapun sebagian kutipan prasasti bait 1 tersebut artinya sebagai berikut: .... Pada tahun raja –çaka yang telah lalu dengan ditandai angka çruti-indriya-rasa = 654 çaka (atau 732 Masehi), hari Senin, hari baik tanggal 13 paro-terang bulan Kartika...Sang raja Sañjaya mendirikan lingga yang ditandai dengan tanda-tanda (yang telah dipastikan )di bukit yang bernama Sthīrangga buat keselamatan ( rakyatnya).”
Selanjutnya pada bait ke-dua dan seterusnya berisi puji-pujian tentang raja yang diibaratkan sebgai dewa-dewa dalam agama Hindu.
Di samping itu juga digambarkan tentang bumi Jawa yang tak ada bandingannya tentang hasil bumi, terutama hasil padinya; kaya akan tambang emas, pulau yang penuh dengan tempat-tempat pemujaan suci terutama pemujaan “Lingga”, tempat yang sangat mulia dan mengherankan dan, yang didirikan di daerah suci, Kuñjarakuñja namanya, untuk keselamatan dan kemakmuran dunia.
Dalam bait 8; disebutkan bahwa di pulau Jawa tersebut, yang sangat mashur menjadi mustika di antara tempat manusia lain-lainnya, di situ ada seorang raja, sang Sanna namanya, berasal dari keluarga kerajaan tinggi dan mashur karena jasanya yang sangat besar, memerintah sekalian rakyatnya dengan kebaikan anugrah dan kehalusan budi, seolah-olah seorang bapak (mendidik anaknya mulai dari kecil karena (cintanya) menaklukkan musuhnya seperti sang Manu yang sangat lama memerintah kerajaannya dengan keadilan.
Dalam bait 9; disebutkan, setelah raja Sanna mendiang (sesudah beliau sangat lama memelihara kebahagian negranya, dan pergi ke swarga untuk merasakan kenikmatan, yakni himpunan dari tabiatnya yang sangat baik itu), maka pecahlah negaranya, bingung karena susah kehilangan perlindungannya.
Bait 10; menjelaskan(adapun) yang bangkit (menggantinya menjadi raja) yakni seorang raja yang warna kulitnya berkilau-kilauan seperti emas yang luluh dalam api yang berkobar-kobar..., yang mempunyai lengan yang kuat seperti bukit barisan turun dari puncak bukit indungnya; yang mengangkat kepalanya sangat tinggi seperti bukit Meru (Himalaya) dengan puncaknya; yang kakinya terletak lebih tinggi daripada kepala dari raja-raja yang duduk di tanah.
Bait 11; menyebutkan, yang termulia dan dihormati oleh sekalian para bijaksana karena pengetahuannyaakan kitab-klitab dengan maksudnya yang sulit-sulit; seorang raja yang bertabiat gagah berani seperti çri Râma menaklukkan sekalian raja-raja di sekitar negaranya. Namanya adalah sang raja çri Sañjaya, dengan jasanya sebagai Matahari, mashur di mana-mana mempunyai kebah Debgan demikian tahun 928 M meruoakanagiaan. Beliau adalah putera sang Sannaha, saudara perempuan sang raja Sanna.
Kunjarakunja yang dimaksud pada bait ke-2, kemungkinan adalah desa, dan dapat berarti "tanah dari pertapaan Kunjara", yang diidentifikasikan sebagai tempat pertapaan Resi Agastya, seorang maharesi Hindu yang dipuja di India selatan.
Dalam kisah Ramayana, diceritakan bahwa Rama, Sinta, dan Laksmana mengunjungi pertapaan Agastya di gunung Kunjara.
----------------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar