Pelabuhan Karangantu, Banten Lama (tercatat sekitar abad ke-15 Masehi)

Pelabuhan Karangantu, hari ini secara administratif  terletak di Kasemen, Kota Serang, Banten. Pelabuhan ini dulu merupakan pelabuhan besar sekaligus pelabuhan tertua di Pulau Jawa sebagai pintu gerbang perdagangan internasional untuk Nusantara (Indonesia). 
Nama Karangantu sendiri menurut Folklore yang beredar di masyarakat, lahir karena saat itu ada seorang Belanda yang membawa guci berisikan hantu. Hingga suatu hari guci itu pecah dan hantu yang di dalamnya keluar. Mulai saat itulah pelabuhan yang telah berganti menjadi kampung nelayan ini diberi nama Pelabuhan Karangantu.
Dari pelabuhan yang ada di Banten inilah, pintu keluar masuknya para saudagar atau pedagang-pedagang yang berlayar memasuki Nusantara.
Pelabuhan Karangantu merupakan pelabuhan terbesar kedua setelah Pelabuhan Sunda Kelapa di Jayakarta ungkap Tom Pires, seorang pedagang yang juga ahli obat-obatan dari Portugal. Hal ini tercatat dalam buku, "Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kota Banten Lama".
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf (1570 - 1580), perdagangan di Kesultanan Banten sudah lumayan maju. Banten menjadi tempat penimbunan barang-barang dari seluruh penjuru dunia, yang nantinya disebarkan ke kerajaan-kerajaan di Nusantara. 
Situasi di Pelabuhan Karangantu, sebagai pelabuhan Banten, digambarkan dalam Babad Banten pupuh XXII sebagai berikut: 
1. Pedagang-pedagang dari Tiongkok membawa uang kepeng yaitu uang yang terbuat dari timah, porselen, sutra, beludru, benang emas, kain sulaman, jarum, sisir, payung , selop, kipas, kertas, dll. Pulangnya mereka membeli lada, nila, kayu cendana, cengkeh, buah pala, kulit penyu, dan gading gajah. 
2. Orang Arab dan Persia membawa obat-obatan dan permata. 
3. Pedagang dari Gujarat membawa kain dari kapas dan sutra, kain putih dari Coromandel. Pulangnya mereka membeli rempah-rempah.


----------------------------
Oleh: Bhre Polo
Sumber:

Komentar