Aksara Nagari (sekitar abad 8-13 M)

Aksara Nagari atau Aksara Pra-Nagari adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Sanskerta dan Bahasa Prakerta di daerah India bagian utara dan tengah pada sekira abad 8–13 M. Sebagian ahli paleografi menyebut Aksara Nagari dengan nama Aksara Siddham, yang merupakan saudara varian Aksara Nagari, dan berkembang di luar India, yaitu di Cina, Korea, dan Jepang.
Aksara Nagari merupakan turunan Aksara Gupta yang berkembang di India utara bagian timur, sedangkan Aksara Gupta yang berkembang di India utara bagian barat berevolusi menjadi Aksara Sarada. Sementara Aksara Gupta yang berkembang di India selatan berevolusi menjadi Aksara Pallawa. 
Aksara Gupta itu sendiri merupakan turunan Aksara Brahmi, induk semua aksara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di kemudian hari Aksara Nagari menurunkan Aksara Dewanagari, Aksara Nandinagari, Aksara Jainanagari, Aksara Mahajani, Aksara Gujarati, Aksara Kaithi, dan Aksara Modi.
Aksara Nagari digunakan untuk menuliskan prasasti di Sumatra, Jawa, Bali, dan Karimun Besar. 
Prasasti-prasasti di Indonesia yang menggunakan Aksara Nagari yaitu: Prasasti Kalasan (prasasti batu), Prasasti Kelurak (prasasti batu), Prasasti Sanur / Prasasti Belanjong (prasasti batu), Prasasti Aek Sangkilon (lempeng emas), Prasasti Tandihat I (lempeng emas), dan Prasasti Pasir Panjang (prasasti batu). Aksara ini juga sering digunakan untuk menuliskan mantra Agama Buddha pada lapik arca (e.g. Prasasti Amoghapasa dari Candi Jago di Malang), tablet tanah liat (e.g. tablet tanah liat di dalam stupika-stupika dari Pejeng di Gianyar), dan dinding candi (e.g. Candi Bungsu dari Kompleks Muara Takus di Kampar). Pada masa klasik, aksara ini identik dengan Agama Buddha Mahayana. 
Satu-satunya contoh penggunaan Aksara Nagari tanpa kaitan dengan Agama Buddha hanya dijumpai pada Prasasti Sanur.

----------------------
Ditulis ulang 
Oleh: Bhre Polo
Sumber:

Komentar